ELEMEN VISUAL DALAM LOGO MENWA MAHAWARMAN (SEBUAH FILOSOFI)

Logo Resimen Mahasiswa Mahawarman
Jawa Barat

Logo merupakan komponen yang sangat penting dalam sebuah organisasi. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, logo adalah huruf atau lambang yang mengandung makna, terdiri atas satu kata atau lebih sebagai lambang atau nama perusahaan dan sebagainya (2008: 872). Hakikatnya, logo merupakan tanda yang merefleksikan identitas suatu organisasi seperti budaya, sikap dan perilaku, serta kepribadian yang dituangkan ke dalam bentuk visual. Logo dapat merefleksikan banyak hal tentang sebuah organisasi karena di dalamnya mengandung sejumlah elemen yang merefleksikan berbagai hal pula. Oleh karena itu, logo menjadi komponen yang sangat penting dalam menunjukkan identitas organisasi.

Organisasi Resimen Mahasiswa (Menwa) pun memiliki logo tersendiri. Menwa Indonesia yang terdiri atas satuan-satuan organisasi resimen dari seluruh provinsi memiliki nama dan logo khas masing-masing. Menwa Mahawarman Jawa Barat, misalnya, memiliki logo dengan lambang burung garuda sebagai ikonnya. Ada sejumlah elemen visual yang menjadi bagian integral logo Menwa Mahawarman, yaitu tameng atau perisai, bintang, burung garuda, pena dan senapan yang saling menyilang dan dicengkeram kedua cakar garuda, serta pita yang bertuliskan Widya Castrena Dharma Siddha.

Berbicara soal lambang akan berkaitan dengan tanda. Setiap tanda itu memiliki makna. Makna tersebut dapat diterjemahkan secara langsung sesuai dengan apa yang dilihat oleh mata. Berdasarkan semiotika, hal ini disebut dengan signifikasi tingkat pertama, yaitu proses pemaknaan suatu tanda yang diyakini kebenarannya berdasarkan apa yang terlihat (tataran denotasi). Pemaknaan terhadap sebuah tanda dapat diketahui lebih luas dan bervariasi yang berdasarkan semiotika termasuk signifikasi tingkat kedua, yaitu menginterpretasikan makna yang terkandung di dalam tanda-tanda (tataran konotasi) (Haryono & Putra, 2017).

           

Perisai

Lambang terbesar dalam logo Menwa Mahawarman adalah perisai. Hal ini sesuai dengan arti kata Mahawarman itu sendiri, yaitu perisai yang agung. Perisai adalah benda yang biasa dipakai untuk melindungi diri dari musuh saat pertempuran. Secara historis, Menwa memiliki peran dan eksistensi yang luar biasa sebagai  Komponen Cadangan (Komcad) Pertahanan Negara dalam dinamika berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).  Elemen perisai melambangkan fungsi dasar institusi Menwa sebagai komponen dalam sistem pertahanan nasional. Peletakan perisai sebagai landasan lambang-lambang lainnya memiliki makna bahwa Menwa Mahawarman adalah dasar bagi pembentukan kader-kader bela negara di lingkup perguruan tinggi. Kegiatan Wajib Latih Mahasiswa (Walawa) yang diselenggarakan pada tahun 1959 merupakan bentuk implementasi dari pembentukan kader-kader bela negara ini. Selain itu, elemen perisai dalam logo Mahawarman berwarna hitam yang memiliki makna keteguhan, perlindungan, penjagaan, formal, dan elegan.

 

Bintang

Bintang di sini berarti cita-cita atau harapan. Jika dilihat dari perspektif burung pada logo Mahawarman, lambang bintang terletak di kanan atas yang menunjukkan bahwa Menwa Mahawarman memiliki cita-cita atau harapan yang luhur, baik, dan benar. Sementara itu, lingkaran tak terputus yang mengelilingi bintang menekankan bahwa cita-cita atau harapan Menwa akan selalu bersinar dan tidak akan pernah berakhir. Cita-cita ini tercantum dalam asas dan jati diri Menwa, yaitu Tri Dharma Perguruan Tinggi dan Widya Castrena Dharma Siddha yang kemudian diturunkan menjadi Panca Dharma Satya. Salah satu contoh implementasinya adalah tentang persaudaraan yang tidak akan pernah terputus.

Adapun warna kuning pada bintang mencerminkan semangat, kreatif, cerdas, dan ceria; sedangkan warna jingga mengusung nilai-nilai luhur, kesuksesan, percaya diri, antusias, dan keakraban. Ini sesuai dengan nilai-nilai yang ditanamkan dalam diri setiap anggota Menwa Mahawarman, yaitu memiliki jiwa militan, cara berpikir taktis, dan adaptif.

 

Burung Garuda

Lambang berikutnya adalah burung garuda. Burung merupakan unsur yang melambangkan kehidupan, dan garuda diyakini sebagai burung yang gagah, kuat, besar, memiliki daya penglihatan yang tajam, dan sigap sebagaimana terlihat dari gambaran paruh, sayap, ekor, dan cakar yang kuat.

Karakter burung garuda ini adalah refleksi dari karakter Menwa Mahawarman. Berbekal ilmu pengetahuan dan ilmu keprajuritan beserta nilai-nilai dan budaya militer yang ditekankan dalam setiap proses pendidikan-latihannya, menjadikan ilmu yang dimiliki oleh setiap anggota Menwa cukup mumpuni sebagai aset dasar untuk menyempurnakan pengabdian serta kemanusiaan. Nilai-nilai dan budaya yang ditanamkan juga ditujukan untuk membangun karakter anggota Menwa Mahawarman agar menjadi gagah, kuat, dan besar bukan hanya sebatas fisik, melainkan juga intelektualitasnya. Perguruan Tinggi adalah rumah pertama yang menjadi latar belakang keikutsertaan seseorang ke dalam organisasi Menwa sebagai tempat belajar dan melatih cara berpikir yang selanjutnya menjadi fondasi awal pembentukan karakter tersebut di atas.

Burung yang menoleh ke arah bintang bermakna bahwa Menwa Mahawarman memiliki cita-cita yang luhur dan keteguhan hati untuk mencapai tujuan. Sisi kanan dalam hal ini bermakna baik, benar, dan mapan. Selain itu, jumlah bulu yang ada pada gambar burung pun memiliki filosofi tersendiri. Jumlah bulu sayap, ekor, dan leher melambangkan tanggal bersejarah, yaitu kelahiran Menwa Mahawarman pada 13 Juni 1959. Hal ini ditandai oleh bulu sayap yang berjumlah 13, ekor 6, dan leher 59.

 

Pena dan Senapan yang Saling Menyilang

Pena dan senapan yang saling menyilang tidak hanya menjadi simbol Menwa Mahawarman Jawa Barat, namun secara umum juga mewarnai logo Menwa di provinsi-provinsi lain di seluruh Indonesia, misalnya pada logo Menwa Mahawijaya (Sumatera Selatan), Menwa Mahakarta (Yogyakarta), Menwa Mahasurya (Jawa Timur), Menwa Mahadasa (Aceh), dan Menwa Mahapura (Kalimantan Timur).

Pena dan senapan merupakan lambang dari pengetahuan akademik dan keprajuritan yang merupakan simbol dari semboyan Menwa, yaitu Widya Castrena Dharma Siddha. Secara harfiah, pena adalah alat yang digunakan untuk menulis. Oleh karena itu, pena melambangkan ilmu pengetahuan yang notabenenya bisa didapatkan di bangku sekolah dan perkuliahan. Pena juga menjadi ciri kaum intelektual karena setiap anggota Menwa adalah mahasiswa yang berasal dari suatu perguruan tinggi sesuai dengan yang tercantum dalam Panca Dharma Satya yang berbunyi “Kami adalah mahasiswa…”.

Uniknya, pena yang terdapat di dalam logo Mahawarman bukan pena modern yang terbuat dari metal dan sudah memiliki fungsi yang praktis, melainkan pena yang terbuat dari bulu angsa seperti zaman dahulu. Pena bulu dapat diartikan sebagai kesederhanaan dan kebersahajaan. Nilai-nilai itulah yang ditanamkan di Menwa, khususnya Mahawarman.

Pena bulu sudah ada sejak abad ke-16 dan digunakan oleh masyarakat luas untuk menulis secara praktis (Sejarah Perjalanan Penciptaan Pena | Kumparan.Com, n.d.). Dengan demikian dapat diketahui bahwa pena bulu adalah alat tulis lama yang sangat bermanfaat dan menjadi awal dari terciptanya pena-pena modern seperti sekarang. Hal ini mengingatkan kita terhadap sejarah berdirinya Menwa Mahawarman yang terbilang sudah cukup lama juga sejak tahun 1959. Di sisi lain, sebagai mahasiswa yang juga anggota Menwa diharapkan dapat menyumbangkan manfaat dan menjadi contoh yang baik bagi orang lain. Hal tersebut merupakan bagian dari  jati diri Menwa sebagaimana tercantum dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi yang berbunyi: 1) pendidikan dan pengajaran, 2) penelitian dan pengembangan, 3) pengabdian kepada masyarakat.

Pena dalam logo Mahawarman terlihat saling menyilang dengan senjata. Hal ini melambangkan keterkaitan antara ilmu pengetahuan dan ilmu keprajuritan. Secara keseluruhan, pena dan senjata yang saling menyilang ini merupakan simbol dari Widya Castrena Dharma Siddha yang berarti penyempurnaan pengabdian dengan ilmu pengetahuan dan ilmu keprajuritan. 

Selanjutnya, mengapa pena dan senjatanya dicengkeram oleh kaki burung? Ini juga merupakan hal unik lainnya dari logo Menwa Mahawarman Jawa Barat yang tidak ditemukan pada logo Menwa di provinsi lain. Cengkeraman itu menandakan keteguhan dalam memegang prinsip, yaitu Tri Dharma Perguruan Tinggi dan Widya Castrena Dharma Siddha.      Lalu, apa makna pena yang menghadap ke bawah dan senjata yang menghadap ke atas? Pena yang menghadap ke bawah melambangkan ketekunan, karena pena pasti menghadap ke bawah jika digunakan. Sementara itu, senjata yang menghadap ke atas melambangkan kesiapsiagaan dalam melaksanakan perintah. Selain itu, dua arah yang berbeda ini mengandung makna bahwa dalam hidup kita harus selalu melihat dua sisi. Hendaknya kita melihat ke atas untuk motivasi agar bisa lebih baik lagi, dan harus melihat ke bawah agar bisa terus bersyukur atas apa pun yang kita dapatkan.

Kemudian, bagaimana dengan pena yang terletak di bawah senapan (lebih dulu daripada senapan)? Hal ini menandakan posisi pertama seorang Menwa adalah sebagai mahasiswa yang merupakan unsur civitas akademika. Ilmu yang dipelajari pertama kali oleh anggota Menwa adalah ilmu pengetahuan yang diajarkan di bangku perkuliahan. Baru setelah itu ditempa dengan ilmu keprajuritan yang didapatkan di organisasi Menwa. Hal tersebut menegaskan bahwa sebelum menjadi Resimen Mahasiswa, kita adalah seorang mahasiswa dan Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah asas yang pertama kali kita pegang sebelum akhirnya sampai pada Widya Castrena Dharma Siddha. Selain itu, warna putih yang terdapat pada pena dan senapan menandakan kesucian dan ketulusan, yang berarti harus baik dalam bersikap dan tulus dalam menjalankan tugas-tugas yang diberikan.

 

Pita Semboyan

Lambang terakhir yang ada dalam logo Menwa Mahawarman adalah pita yang bertuliskan semboyan Widya Castrena Dharma Siddha. Pita tersebut berwarna putih dan membusur di bawah burung garuda dengan tulisan berwarna merah yang kesemuanya itu mengacu pada makna simbolik Sang Saka, yaitu warna putih melambangkan kesucian, dan  merah menandakan keberanian. Kedua nilai tersebut merupakan bagian dari pembentukan karakter yang ditanamkan kepada anggota Menwa.

Widya Castrena Dharma Siddha adalah jati diri Menwa Mahawarman yang menjadi pedoman dalam berperilaku dan menjalankan roda organisasi. Inilah yang menjadi alasan mengapa pita tersebut terletak di bawah. Adapun ‘membusur’ dalam Kamus Bahasa Indonesia berarti melengkung sebagai busur yang sedang dipakai untuk melepaskan anak panah (2008: 243). Hal ini bermakna bahwa Menwa selalu siap untuk melaksanakan tugas demi mencapai tujuan bersama. Warna merah yang terdapat pada semboyan menandakan keberanian, ambisi, dan cinta.

 

Kesimpulan

Logo Menwa Mahawarman merupakan refleksi dari asas dan jati diri Menwa Mahawarman sebagaimana tertuang dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi dan Widya Castrena Dharma Siddha. Kedua hal tersebut sangat fundamental dalam organisasi Menwa. Konsep ini harus dipahami secara menyeluruh oleh setiap anggota agar organisasi Menwa tetap bergerak sesuai koridor yang ditetapkan.

 

Penulis: Yullie Sugiarti Karomah, Kompi AJ

Editor: Ir. Wahyuni Susilowati, Kompi P

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Haryono, S. R., & Putra, D. K. S. (2017). Identitas Budaya Indonesia: Analisis Semiotika Roland Barthes Dalam Iklan Aqua Versi “Temukan Indonesiamu.” Acta Diurna, 13(2), 67–88. jos.unsoed.ac.id/index.php/acra_diurna/article/download/614/473

Sejarah Perjalanan Penciptaan Pena | kumparan.com. (n.d.). Retrieved August 9, 2021, from https://kumparan.com/potongan-nostalgia/perjalanan-penciptaan-pena-1535878837882274486/full

Sugono, D., Sugiyono, Maryani, Y., Qodratillah, M. T., Sitanggang, C., Hardaniwati, M., et al. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.


Posting Komentar

0 Komentar